Wednesday, 3 April 2013

Butterfly [part 1/2]

yoshhhhhhheeeeeee.....

eto, karena blog ini lama gak ada postingan.
hari ini.... saya akan posting dua sekaligus!!!! yeeeee!!!! *then what =="

hmmm.. dari kemaren si merek produk elektronik *elgee* nyuruh eke buat ngpost fanfic yang telah eke buat dengan susah payah (well, sebenernya gak gitu juga sih) ke blog. tapi karena males jadi baru sempet sekarang =="
ini adalah fanfic ke tiga dari tiga fanfic yang eke bikin!!!!!! yeeeeeee!!! *hounto ni, cuman pernah bikin tiga, dan yang dua pun berhenti di tengah-tengah soalnya ke habisan ide TT_TT cuman ini yg selamat sampai akhir =..=

well, fanfic ini eke bikin pas awal-awal (1 bulan yg lalu) eke ngfans sama duo j.pop kembar monozigot On/Off. oke, eke tahu. saklar =="

aniki = Sakamoto Naoya
ototou = Sakamoto Kazuya

karena mereka manis eke jadi mikir, ''kayakanya lucu deh kalo dibikin fanfic atau semacam itu ^^,''

tapi sumpah.. fanfic yang eke bikin ceritanya gak lucu ==" gak jelas. eke bahkan kaget waktu baca. '"fanfic apa ini'' .. hal-hal semacam itu.

*oi oi sejak kapan eke jadi pake "eke"*

well, finally i present you *aku rasa judulnya*


BUTTERFLY


genre: *ah sial!! apa ya?? pas aku bikin aku gak kepikiran genrenya* horror mungkin?? supernatural? fantasy?
inspired by: Jeeper Creepers dan setelah aku baca ternyata kayak Alice in The Wonderland juga
cast: -Sakamoto Naoya as Sakamoto Naoya
        -Sakamoto Kazuya as Sakamoto Kazuya
        -kanojo *siapapun yang penting perempuan* as Azura

(these two ikemen is On/Off)


Hari ini, hari dimana rumah kakek ku terasa sangat bising dan penuh sesak oleh orang-orang yang tidak ku kenal sama sekali. Aku yang tidak suka bersosialisasi merasa pusing dan tidak ingin mendengar lebih banyak lagi apa yg mereka obrolkan. Gaun biru cotton ku yang ringan berayun kebelakang ketika aku berjalan menembus kerumunan orang yang sedang berpesta, meninggalkan keramaian yang menggangguku. Menatap kebun kakek yang rapi dengan mata berbinar.

Setengah berlari aku melewati rumpun bunga mawar merah yang dipangkas rapi. Menembus dengan kasar sekelompok kupu-kupu berwarna biru dan merah.

“hahh.. haahh..haahh..” dengan terengah-engah aku berhenti sebentar dan mengatur irama nafasku. Menoleh kebelakang untuk memastikan tidak ada seorangpun yang mengejarku. Setelah memastikan bahwa aku sendirian, aku perlahan berjalan memasuki maze yg 80 centi lebih tinggi dari tubuhku. Setelah beberapa kali tersesat dan mengutuki ingatan ku, aku sampai pada center maze yang mana adalah sebuah gazebo suram berwarna abu-abu dengan atap rendah dari sirap.

“sunyi..” pikirku. Aku suka dengan kesunyiaan. Kesunyiaan membuaku tenang dan nyaman. Tersenyum kecil aku berjalan memasuki gazebo dan duduk di sebuah bangku taman yang cukup panjang. Perlahan ku rebahkan punggung ku pada bangku taman yang dingin, menutup mata dan tersenyum kecil. Menikmati kesunyiaan yang mulai menjalar ke tubuhku.

Pelan aku mendengar  suara, suara orang bernyanyi. Masih menutup mata, aku berharap itu hanya ilusi dari pesta kakek.  Semakin lama suara nyanyiaan itu terdengar semakin jelas. Bahkan aku cukup jelas untuk mendengar suara itu adalah suara dua orang laki-laki yang sekilas terdengar serupa. “Boku wa ima tabi no tochuu. Michishirube wa nani mo nai kedo. Itsuka konna hibi o wakakatta ne to. Waraeru toki ga kuru made..”  

Perlahan kubuka mataku. Sama sekali tidak ada seorang pun, jadi suara siapa yang baru saja kudengar? Hening kembali.  tidak lama kemudian , “Ki ga tsukeba itsumo furikaeri Riyuu o tsukete tomatteta. Kaze no naka Chiisana toritachi ga ii wake mo sezu tobitatta..”

“aaa!!” suara itu ada lagi! Aku sudah sepenuhnya duduk sekarang. Aku memutar kepala, melihat sekitarku. Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi tersangkaku. “gasp.. suara siapa?? Apa mereka tidak mengerti inti dari kesunyian.” Gerutu ku kesal.

Aku berdiri dan mulai berjalan keluar dari gazebo. Suara asing itu kembali terdengar. Walaupun membuat kukesal, tapi harus kuakui suara itu bagus. Suara itu terdengar tenang di telingaku dan membuatku nyaman.

Weird. Sesaat aku terdiam mematung di tempatku berdiri, lorong sebelah kanan adalah jalan pulang ke rumah kakek. Lorong sebelah kiri adalah jalan masuk hutan pinus yang gelap dan mengerikan. Suara yang ku dengar tak salah lagi, datang dari hutan pinus. Konyol sekali! Aku merasa sepertii berada pada persimpangan yang menentukan hidup dan mati. Walaupun yah, ini memang persimpangan dan yang ternyata nantinya akan mengubah hidupku.

Well, tidak mungkin ada veela berjenis kelamin laki-laki bukan?? Pikirku. Sama seperti halnya tidak ada banci berjenis kelamin perempuan.  Mou, kalo begitu kenapa  tidak. Suara itu membuatku penasaran, aku harus tahu siapa yang memiliki suara itu.

Tanpa keraguan lagi aku mengambil lorong di sebelah kiriku. Berjalan dengan pelan dan santai mengikuti lorong maze yang berbelok-belok. Prinsipku hanya satu, jika ada persimpangan, tetap saja berjalan lurus ke depan. Kakek ku pernah bilang “seorang laki-laki harus berjalan lurus ke depan”. Sebenarnya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ku, aku tahu.

Dan terbukti, jalan lurus ke depan bukanlah ide yang bagus jika kau berada di dalam maze yang dindingnya cukup tinggi. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berputar-putar di dalam maze. Saat ini aku sudah tidak memikirkan apapun lagi selain cara untuk keluar dari maze terkutuk ini.

“huaaaa… boku wa koko ni iruyo!! Dareka, tousukete!!” teriak ku.
“ojiji!!!” teriakku, tentu saja kakek ku tidak dapat mendengarnya.
“boku wa, koko..” kataku lirih. 

Aku lelah dan ingin pulang, sendirian dalam kesunyiaan maze yang luas ini membuatku tertekan. Aku takut tidak dapat keluar untuk selamnya.  Di tengah keputus asaan yang kurasakan, air mata ku mulai mengalir pelan jatuh diatas daun kering tempatku duduk.

“kraaakk…”

Tiba-tiba ada suara daun kering yang terinjak.  Dengan kaget aku berdiri seketika. Nani?? Dareka?? Tidak ada seorang pun. Apa tupai??

Sore yang mulai gelap dan suara-suara alam membuat keberanianku meredup seperti api perapian yang akan mati dalam sekali tiup. Tiba-tiba ada sepasang kupu-kupu terbang di depanku. Kupu-kupu itu berwarna biru dan merah. Melayang-layag di depanku dalam gravitasi nol mereka. Cantik.. pikirku. Aku mengikuti kupu-kupu yang terbang di depanku, aneh rasanya. Aku sempat berpikir kedua kupu-kupu itu memang sengaja menenuntun ku.

Tidak lama kemudian aku sudah keluar dari maze terkutuk yang mengurungku berjam-jam didalamnya. Aku tersenyum bahagia, lebih bahagia dari senyuman-senyuman ku  yang tergantung pada potret dinding di rumah kakek. Aku baru saja akan membungkuk untuk berterima kasih kepada dua ekor kupu-kupu yang menolongku sebelum kusadari kedua ekor kupu-kupu itu ternyata masih di dekatku. Terbang di sisi kanan dan kiriku. 

“ikut aku..” aku mendengar kupu-kupu berwarna biru berbisik di telinga kiriku. “apa??” kataku. Aku tidak percaya kupu-kupu dapat berbicara. “ikut kami..” kupu-kupu berwarna merah ganti berbisik di telinga kananku. Aku mundur beberapa langkah ke belakang, menjauh dari kedua kupu-kupu yang aneh tersebut. “ada banyak kue manis…” “kami baru saja membuat cheese cake..” “ayo ikut..” “ada teh dan susu..” “manisan buah plum..” “dan juga coklat….” Kedua kupu-kupu itu bergantian membujuk ku.

“cake??” tanyaku. “cheese cake..” kata kupu-kupu berwarna biru. “dan juga susu hangat..” kata kupu-kupu merah menimpali. “baiklah kalau kalian memaksa, aku akan ikut sebentar.” Kata ku. Aku suka cheese cake, aku juga suka coklat dan susu hangat. Setelah hal mengerikan yang aku alami di maze tadi. Aku rasa sedikit kudapan akan membuatku lebih baik. Setelah itu aku pulang ke rumah kakek.

Aku mengikuti kedua kupu-kupu itu terbang di depanku. Kedua kupu-kupu itu menyanyikan lagu yang kudengar saat didalam maze. Ternyata suara indah itu adalah suara mereka berdua. “Boku wa ima tabi no tochuu. Michishirube wa nani mo nai kedo. Itsuka konna hibi o wakakatta ne to. Waraeru toki ga kuru made..” kedua kupu-kupu itu bernyanyi seiring dengan langkah kakiku yang semakin dalam memasuki hutan pinus.

“apa masih jauh?” tanyaku yang sudah mulai kelelahan. Aku sudah berjalan jauh memasuki hutan pinus yang sama sekali belum pernah kumasuki sebelumnya. Senja telah berakhir lima menit yang lalu. Bintang pertama telah bersinar  di langit. Dalam minimnya cahaya aku telah jatuh beberapa kali tersandung akar pohon dan ranting yang bertebaran di tanah.

“sebentar lagi.” “iya, sebentar lagi.” Kedua kupu-kupu itu menjawab ku bergantian. Dalam keremangan malam,  Kedua sayap mereka seakan berpendar, seperti peri dalam buku dongeng. Cantik sekali.

“sudah sampai..” kata kupu-kupu berwarna merah.  Aku melihat sebuah pondok kecil terbuat dari batu-batu besar dengan atap kayu dan sebuah cerobong asap yang mengepulkan asap putih. Aku menaiki beberap anak tangga sebelum membuka pintu podok yang berat dan berderik. Di dalam pondok sangat terang, ada sebuah meja besar menghadap perapian dengan sepasang kursi yang berhadap-hadapan. Banyak sekali cake dan makanan di atasnya. Tanpa bertanya pada kedua kupu-kupu yang mengajakku tadi. Aku langsung duduk dan mengambil potongan cheese cake yang paling dekat dari tanganku. “hhmmmmm….. enak!” kataku. Kedua kupu-kupu itu diam dan hanya mengepakkan sayap mereka di kanan kiriku.
“nemuru koto nemuru koto Mukashi mo ima mo kono saki mo Ashita dake wa chanto kuru nazo ni maigiri datte kamikoyo …. Ne nekoyo…  ne nekoyo… ne nekoyo… ne nekoyo…” *aku gak tau ini bener atau enggak tulisannya. aku cuman dengerin Zashiki Warashi yg nyanyi di anime Summer with Cho* 

Tiba-tiba mataku terasa sangat berat. Aku berusaha untuk tidak memejamkannya. Aku merasa jika aku terpejam sekarang, maka selamanya aku tidak akan bisa bangun. Aku berdiri dan mendorong kursi yang aku duduki  kebelakang. Kedua kupu-kupu itu masih menyanyikan lagu nina bobo mereka.
Aku berjalan sempoyongan sebelum akhirnya aku jatuh dan tertidur di lantai.

(Kedua kupu-kupu itu entah sejak kapan telah  berubah menjadi dua orang laki-laki kembar. Kedua laki-laki itu mengangkat tubuhku dan memasukannya kedalam sangkar besar dari timah yang sebelumnya tidak ada di ruangan itu. Dan menguncinya dengan mantra sihir.)

Aku terbangun dalam perasaan yang tidak nyaman. Tubuhku sakit dan nyeri ketika disentuh. Suara kayu terbakar terdengar dari perapian. Aku membuka kedua mataku. Aku melihat dua orang laki-laki kembar duduk saling berhadapan di meja dan berbicara dengan aksen yang aneh. Salah satu laki-laki kembar yang menggunakan rompi berwarna merah melihatku yang telah bangun. 


Continue~~

the great woman is here: momo✩

No comments:

Post a Comment